Satu loka rekreasi yang layak dikunjungi di Poso adalah Pantai Imbo. Selain pantai indah menawan, pengunjung bisa pula menikmati suasana eksotis dari pemukiman nelayan dan industri pembuatan kapal kayu. Pun pengunjung tak perlu lagi cemas terhadap kerusuhan sejak April 2000. Kini kondisi dan situasi di sana sudah aman, kondusif, dan terkendali. Kehidupan antarumat beragama tak lagi saling curiga.
Untuk ke Poso, wisatawan dari luar Sulawesi bisa naik pesawat terbang dan mendarat di Bandara Mutiara Palu. Dari ibukota Sulawesi Tengah itu, perjalanan dilanjutkan dengan bus atau travel. Jaraknya sekitar 228 km ke Poso melalui jalan menanjak berkelok-kelok. Kedua sisi jalan dibatasi jurang serta tebing curam yang cukup memacu andrenalin. Sampai di pertigaan Toboli Kabupaten Parigi Moutong, jalan dari Palu bertemu dengan jalan Trans-Sulawesi. Di situ ada papan penunjuk arah: Gorontalo dan Manado ke utara, dan Poso ke selatan.
Kota Poso bersuasana tenang, bersahaja, dan sangat pas sebagai penyegar jiwa serta pikiran, terutama bagi kita yang terbiasa hidup di lingkungan kota besar yang hiruk-pikuk. Kesan pertama yang tertangkap adalah kota pertanian atau agropolitan. Lihat saja bentangan perkebunan kelapa dan kakao di bagian barat, selatan, dan timur kota. Bagian utaranya berbatasan dengan laut dan hutan bakau yang merupakan ciri khas lanskap Provinsi Sulawesi Tengah.
Tempat paling ramai yaitu Pasar Poso merupakan objek pertama dan paling sering dikunjungi masyarakat setempat atau pendatang dari luar kota. Di situ pula pengunjung bisa berbelanja dan berburu barang suvenir, khususnya di beberapa kios pada halaman depan pasar Poso. Suvenir paling dominan antara lain parang dengan sarung dari kayu berbagai ukuran dan jenis. Parang tersebut merupakan peralatan khas petani di Sulawesi Tengah. Abon ikan laut juga oleh-oleh yang layak bawa bagi wisatawan.
Seperti telah disebutkan, Pantai Imbo merupakan loka rekreasi paling menarik di Poso. Fasilitas utamanya berupa gardu pandang yang dapat berfungsi sebagai panggung pertunjukan apabila ada pagelaran musik di tepi pantai. Fasilitas lain adalah kafe yang dibangun secara spontan oleh masyarakat. Sebagian kafe hanya buka di hari Minggu.
Sore hari saat udara cerah, banyak kaum remaja serta keluarga yang datang ke sana. Ada yang berenangan, ada pula yang hanya duduk-duduk saja menikmati panorama.
***
DI beberapa kota, plaza atau alun-alun merupakan salah satu pusat aktivitas masyarakat. Sebut misalnya Lapangan Karebosi di Makassar atau Lapangan Merdeka di Medan. Di Poso pun begitu, ada sebuah lapangan yang digunakan untuk pelaksanaan berbagai acara. Di sebelah selatan lapangan berdiri Kantor Bupati Poso yang megah, dan pada sebelah utaranya di Jalan Pulau Buru terdapat bangunan DPRD. Di dekat lapangan tersebut tepatnya di Jalan Pulau Timor terdapat Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Tepat di depan universitas itu, terdapat warung makan terlaris di Kota Poso dengan pemilik orang Jawa. Hanya saja kalau ke warung tersebut pada saat jam makan siang, kita harus rela menunggu kursi kosong dan sabar menanti giliran mendapat pelayanan.
Mengenai makanan di Poso sebagaimana layaknya yang selalu kita jumpai di kota-kota pesisir di Sulawesi terdapat banyak warung ikan bakar. Namun di beberapa tempat banyak pula warung bakmi dan nasi goreng serta bakso yang dikelola orang Jawa. Dengan gerobak dorong, mereka juga menjual nasi kuning, pisang, singkong goreng, atau martabak. Sebagian dari mereka adalah para transmigran di Sulawesi Tengah.
Kalau di tengah malam kita membutuhkan makanan kecil atau minuman, tidak perlu khawatir karena ada beberapa kios rokok lengkap dengan makanan dan minuman yang buka 24 jam antara lain di pertigaan Jalan Sumatera dan Jalan Pulau Timor.
Kesadaran atas penghijauan bagi masyarakat Sulawesi Tengah umumnya juga sangat baik. Begitu pun di Poso. Hampir semua rumah memperhatikan penghijauan dan penanaman tanaman hias. Jenis tanaman hias di setiap halaman rumah umumnya aglonema, euporbia, caladium, dan bugenvil berbagai warna.
Intinya ruang terbuka hijau di Kota Poso masih sangat ideal. Wajar saja bila kita berjalan kaki keliling kota kesan kenyamanan bakal kita rasakan. Bahkan pohon kakao pun ada yang ditanam di halaman rumah. Wilayah pantai di pinggir kota ke arah bandara juga merupakan perpaduan unsur alam antara air laut yang biru, hutan bakau, dan pohan kelapa yang subur. Betul-betul indah dan menawan.
Yang tak kalah memikat adalah lingkungan bernuansa Bali yang bisa dijumpai jalur Trans-Sulawesi, tepatnya di Tolai, Sausu, dan Tambarana. Di kiri dan kanan jalan banyak rumah dengan halaman besar yang dibangun dengan arsitektur Bali. Sesekali juga terlihat Pura Bali yang megah. Itu pemukiman warga transmigran asal Bali. Umumnya setelah sukses, banyak dari mereka yang pindah ke tepi jalan besar. Pada umumnya pemukiman orang Bali mengelompok baik yang di pinggir jalan besar maupun yang jauh dari jalan besar. Dengan demikian nuansa Balinya kelihatan mencolok.
Saat ini sudah ada penerbangan dengan rute Palu-Poso. Meskipun waktu operasinya baru pada hari tertentu lewat Lapangan Udara Mapane di Poso, namun itu sudah cukup memudahkan orang yang ingin bepergian ke kedua tempat tersebut. Demikian pula, kunjungan wisatawan maupun pedagang dari Palu ke Poso selanjutnya bakal semakin intensif dan meningkat.
Yang tak kalah penting adalah soal rehabilitasi dan perkembangan kota Poso, terutama pasca-kerusuhan. Wajar saja, karena saat ini masyarakat sudah menyadari bahwa kerusuhan menyebabkan kehancuran dan kemunduran, makanya mereka mendambakan pembangunan di segala bidang.
SUMBER: Suara Merdeka
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com/
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar