Kental, Keterlibatan Faksi Tentara dalam Kerusuhan Poso

Diposting oleh Forum Poso Bersatu

Setelah berbulan-bulan damai mendadak Poso kembali memanas setelah sebuah kelompok bersenjata tak dikenal menyerang desa Kristen di kecamatan Poso Pesisir, Sulawesi tengah. Sembilan orang tewas, belasan luka dan puluhan bangunan termasuk rumah ibadah musnah dibakar. Peristiwa ini kembali mengundang tanda tanya keberhasilan perjanjian damai Malino. Namun menurut Thamrin Amal Tomagola, peneliti konflik dari Universitas Indonesia, pelaku serangan itu jelas bukan orang lokal apalagi dari kelompok muslim. Aktivis rekonsiliasi ini menduga keterlibatan salah satu faksi militer di TNI yang diperparah dengan ide pembentukan Propinsi Poso serta Kodamnya.

Thamrin Amal Tomagola [TAT]: Kita duga kecil kemungkinan itu dilakukan oleh komunitas lokal. Nah pasukan bersenjata yang tidak dikenal itu yang kita amati baik di Maluku maupun di Poso. Itu selalu beroperasi kalau kesatuan yang bertugas di situ mau ditarik. Itu terjadi di Tobelo. Nah di Poso itu diperparah memang sejak awal itu ada keinginan kalau misalnya kabupaten Poso itu ditingkatkan menjadi propinsi nah itu di dari pihak milier ada keinginan untuk membentuk Kodam baru.

Radio Nederland [RN]: Pak Endriartono Sutarto sendiri sudah mengatakan bahwa ini orang luar. Tapi yang disebut orang luar ini artinya apa?

TAT: Saya kira kalau waktu Laskar Jihad itu masih ada dan beroperasi nah itu kita bisa duga Laskar Jihad. Yang kedua yang bisa kita duga adalah jaringan dari Mujahidin yang ada hubungannya dengan Jemaah Islamiyah. Kalau dibilang orang luar, saya kira dua kandidat itu gugur. Yang tinggal adalah kelompok-kelompok militer. Itu yang kita nggak tau persisnya kelompok mana yang sebenarnya melakukan ini karena kalau dari penjelasan resmi dari pusat dari panglima TNI itu jelas, dia nggak mau lagi hal-hal seperti itu terjadi.

Kelompok-kelompok di lapangan itu kan bisa lepas sama sekali dari apa yang dikatakan pimpinanannya di pusat, yang apakah itu atas restu atau tanpa restu. Yang itu belum jelas. Waktu-waktu yang lalu kan dibiarkan, didiamkan. Itu kan sebenarnya restu diam-diam. Tapi praktek-praktek itu kan sebelum pak Endriartono menjadi Panglima. Nah sekarang sesudah dia jadi panglima ada langkah-langkah konsisten begitu untuk tidak lagi mengulangi hal-hal seperti itu. Jadi berarti ada faksi-faksi yang yang tidak bisa dia kendalikan dari pusat.

RN: Faksi seperti apa itu?

TAT: Di Maluku kan kita menduga kelompok tertentu dan kemudian terbukti. Di Poso juga ada operasi dari kelompok itu.

RN: Tapi ini kan sudah terlanjur. Artinya sudah ada konflik baru lagi di Poso. Dan biasanya serbuan dari daerah A ke B dari desa satu ke desa lainnya akan berbuntut lagi dengan pembalasan, jadi akan mulai lagi seperti itu?Bisa ya bisa tidak?

TAT: Kalau itu yang dikuatirkan kecil sekali kemungkinannya. Jadi yang paling positif dari tahap sesudah Malino itu baik rakyat di Maluku maupun rakyat di Poso itu mereka sadar bahwa mereka saat ini di adu domba. Dan ini permainan dan skenario orang dari luar. Nah kedua masyarakat itu baik di Maluku maupun Poso nggak bisa lagi diprovokasi seperti itu. Kalau sekarang penyerangan di kampung Kristen ada yang terbunuh, saya kira kecil kemungkinannya kelompok kristen berfikir itu dilakukan oleh komunitas Islam lokal dan kemudian mereka membalas. Dan perlu diingat di Poso itu kelompok yang paling punya inisiatif dan keinginan kuat untuk berdamai yang pertama itu adalah kelompok kristen. Dan yang pertama mereka melakukan loby-loby baik di tingkat lokal maupun nasional untuk segera pemerintah pusat mengambil inisiatif, akhirnya bermuara sampai perdamaian Malino itu. Saya kira kelompok Kristen di Poso itu cukup matang dan cukup dewasa dengan pengalaman pahit yang lalu untuk secara gegabah mengambil kesimpulan bahwa ini dilakukan oleh kelompok Muslim lokal dan mereka harus membalas. Saya kira tidak.

RN: Nah tapi anda mengatakan kepentingan untuk membuat Kodam baru. Nah itu apakah bisa jadi Endriartono Sutarto seharusnya tahu dong kalau ada Kodam baru mau dibentuk di sana. Tentunya ada kepentingan dia di sana?

TAT: Itu keinginan yang muncul sebelum dia jadi Panglima. Itu sudah dideteksi lama. Dan kemudian diikuti dengan kegiatan-kegiatan perdagangan coklat dan kemudian kayu dan sebagainya. Kayu di sana juga berharga. Itu ada kepentingan-kepentingan ekonomi terkait di situ. Keinginan untuk membentuk Kodam, dan apakah itu direstui oleh Endriartono, nah itu nggak jelas.

RN: Artrinya militer lokal bisa jadi terlibat aktif ya?

TAT: Yah paling kurang panglima di Makasar bisa diminta pertanggung jawabannya. Kenapa kok ada kelompok bersenjata yang tidak dikenal beroperasi kok dia nggak tau? nah kalau polisi itu nggak tau kadang-kadang kecepatan dan kegesitan militer itu kalau kita tahu jauh di atas polisi. Tapi masak militer nggak tahu?

Demikian Thamrin Amal Tomagola, peneliti konflik dari Universitas Indonesia.
(Radio Nederland Wereldomroep, Selasa 14 Oktober 2003 08:45 WIB)

SUMBER: Radio Netherland Hilversum
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com

0 komentar: