Sejarah Singkat Poso

Diposting oleh Forum Poso Bersatu

Pada mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah kekuasaan Pemerintah Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso, Raja Napu, Raja Mori, Raja Tojo, Raja Una Una, dan Raja Bungku yang satu sama lain tidak ada hubungannya.

Keenam wilayah kerajaan tersebut di bawah pengaruh tiga kerajaan, yakni : Wilayah Bagian Selatan tunduk kepada Raja Luwu yang berkedudukan di Palopo sedangkan Wilayah Bagian Utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi yang berkedudukan di Sigi (Daerah Kabupaten Donggala) dan khusus wilayah bagian Timur yakni daerah Bungku termasuk daerah kepulauan tunduk kepada Raja Ternate. Sejak Tahun 1880 Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha untuk melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah Poso.


Terbagi Dua
Pada 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah dalam lingkungan Kabupaten Poso yang sekarang telah dikuasai oleh Belanda dan mulailah disusun Pemerintah sipil. Kemudian oleh Pemerintah Belanda wilayah Poso dalam tahun 1905-1918 terbagi dalam dua kekuasaan pemerintah, sebagian masuk wilayah Keresidenan Manado yakni Onderafdeeling (kewedanan) Kolonodale dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan wilayah kekuasaanya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda yang disebut Self Self Bestuure Peraturan adat Kerajaan (hukum adat).

Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dialihkan dalam wilayah Keresidenan Manado di mana Sulawesi tengah terbagi dalam dua wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibukotanya Donggala dan
Afdeeling Poso dengan ibukotanya Poso yang dipimpin oleh masing-masing Asisten Residen.

Sejak 2 Desember 1948, Daerah Otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling Donggala dan Afdeeling Poso dengan Ibukotanya Poso, yang terdiri dari tiga wilayah Onder Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau Hoofd Van PoltselykBestuure (HPB).

Beberapa Distrik
Ketiga Onderafdeeling ini meliputi beberapa Landschap dan terbagi dengan beberapa distrik yakni : Onderafdeeling Poso meliputi :Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso, Landschap Lore berkedudukan di Wanga, Landschap Tojo berkedudukan di Ampana, Landschap Una Una berkedudukan di Ampana. Onderafdeeling Bungku dan Mori meliputi : Landschap Bungku berkedudukan di Bungku, Landschap Mori berkedudukan di Mori. Onderafdeeling Luwuk meliputi : Landschap Banggai berkedudukan di Luwuk. Disamping ketiga Onderafdeeling tersebut diatas terdapat empat Onderafdeeling lainnya, yaitu : Donggala , Palu, Toli Toli, dan Parigi.

Kemudian pada tahun 1949 setelah realisasi pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Sul-Teng. Pembentukan Daerah Otonom Sul-Teng merupakan tindak lanjut dari hasil Muktamar Raja-Raja se-Sul-Teng pada tanggal 13-14 Oktober 1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat se-Sul-Teng agar dalam lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT). Sul-Teng dapat berdiri sendiri dan ditetapkan bapak Rajawali Pusadan Ketua Dewan Raja-Raja sebagai Kepala Daerah Otonom Sul-Teng.

Daerah Otonom
Selanjutnya, dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sul-Teng yang dipimpin oleh A.Y Binol pada tahun 1952 dikeluarkan PP No. 33 thn 1952 tentang pembentukan Daerah Otonom Sul-Teng yang terdiri dari Onderafdeeling Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan Ibukotanya Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onderafdeeling Donggala, Palu, Parigi, dan Toli Toli dengan Ibukotanya Palu.

Pada tahun 1959 berdasarkan UU No. 29 Thn 1959 Daerah Otonom Poso dipecah menjadi dua daerah Kabupaten yakni : Kabupaten Poso dengan Ibukotanya Poso dan Kabupaten Luwuk Banggai dengan Ibukotanya Luwuk.

Kepala Daerah
Bupati Kepala Daerah yang pernah memerintah di Kabupaten Poso berturut-turut, R. Pusadan (1948-1952), Abdul Latif Dg. Masiki (1952-1954), Alimoeddin Dg. Matiro (1954-1956), Djafar Lapasere (1956-1957), S.Kabo (1957-1959), A. Wahab (1959-1960), Ngitung (1960-1962), Drs. B.L Sallata (1962-1966), Drs. Galib Lasahido (1967-1973), Drs. R.P.M Koeswandi (1973-1984), Soegiono (1984-1988), Drs. J.W Sarapang (1988-1989), Arief Patanga (1989-1999), Drs. H. Abdul Muin Pusadan (1999-2004).Andi Azikin Sayuti (2004-2005), Drs. Piet Ingkiriwan (2005 –….). (Forum Poso Bersatu).

0 komentar: