Jakarta, BPost Ada data baru soal konflik yang tak kunjung berhenti di Poso, Sulawesi Tengah. Ketua Forum Poso Bersatu, Rudy S Pontoh membeberkan para pelaku konflik itu telah mengalami pelatihan di Belanda. Adapun tujuan aksi teror mereka adalah sengaja menciptakan kekacauan secara terus menerus. Dugaan sementara, motif pemeliharaan kekacauan itu adalah faktor bisnis.
"Permasalahan di Poso bukan terletak karena persoalan agama. Tapi, ada keterlibatan pihak lain yang sampai saat dalam pendekatan penyelidikan. Bahkan, saya mendapatkan informasi bahwa pihak lain itu berlatih di Belanda. Ini informasi dari sumber yang sangat dipercaya," ujar Rudy kepada pers di kantor Kontras, Jakarta, Senin (11/9). Menurutnya, sebenarnya pemerintah sudah tahu siapa dalang kerusuhan Poso yang sebenarnya. "Sebenarnya, saya ragukan juga kalau pemerintah tidak tahu siapa yang bermain di sana. Jadi, percuma saja kalau dibentuk tim segala. Lebih baik, pihak keamanan di sana, sebanyak mungkin ditarik saja.Selama ini sudah banyak data dan fakta yang dimiliki pemerintah dan yang terpenting saat ini adalah bagaimana masyarakat mau bersikap tegas untuk mengungkap kasus tersebut secara tuntas," tegas Rudy.
Hanya saja, imbuhnya, dari informasi sementara yang diperolehnya, aksi kelompok itu tidak lain untuk mempertahankan keuntungan yang diperoleh dari hasil bisnis. "Mereka terus mengacaukan Poso dan berusaha mengambil komoditas berupa kayu hitam. Namun, kepentingan bisnis ini diperparah dengan kepentingan politik. Mereka bergerak pada situasi-situasi tertentu, yang dianggap perlu,"ujarnya.
Tokoh masyarakat Poso yang berada di Jakarta, Eva Wilelipu bahkan menyerukan agar warga pendatang segera meinggalkan Poso. Hal ini terkait pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahwa konflik Poso dilakukan oleh orang luar Poso."Hanya orang asli Poso dan mereka yang sudah tinggal lama di Poso yang boleh tinggal di sana. Hanya mereka yang sudah diakui oleh orang tua kami. Kami berhidup bersaudara sejak lama, akan tetapi setelah datangnya orang-orang baru maka terjadilah konflik itu," tandas Eva.
Mabes Polri mengaku sudah mengetahui pelaku dua aksi pengeboman yang terjadi awal September ini. Polisi menengarai pelakunya berasal dari kelompok Hasanudin. Hal ini terlihat dari modus operandi peledakan yang terjadi.Hal tersebut disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Paulus Purwoko. "Satu kelompok yang melakukan tindakan kekerasan seperti ini modelnya, merusak fasilitas umum, dan segala macam itu adalah kelompok Hasanudin. Belum ada komunitas lain," kata Purwoko.
Hal lain yang memperkuat sinyalemen tersebut adalah dari cara kerja para pelaku. Cara dan pola yang dilakukan sama dengan tindak kekerasan, mutilasi, dan pengeboman yang terjadi sebelumnya di Poso."Caranya sama dengan pengeboman yang terjadi di rumah kecil di Tangkura. Semacam jebakan. Ini pola-pola umum yang dilakukan di Poso. Kelompok ini tampaknya belum puas dengan penyelesaian konflik di Poso," ujarnya.
Polisi masih terus memeriksa sejumlah saksi dari korban dan masyarakat setempat. Polisi juga terus melakukan pencarian terhadap 8 tersangka yang masih buron."4 Orang sudah ditahan termasuk salah satunya Hasanudin. Dari 8 orang yang masih buron itu masih bisa berkembang," ungkap Purwoko. dtc/JBP/yat
SUMBER: Banjarmasin Post, Rabu, 13 September 2006
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com/
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar