Sejak awal pekan ini, kita ramai mendapat laporan mengenai konflik di Poso yang kembali mencuat. Media cetak, radio dan televisi ramai membahasnya, bukan saja di Indonesia tapi di seluruh dunia. Contohnya liputan Reuters yang menyatakan Poso di ujung tanduk akibat gerakan teror. Laporan ini didasarkan penelitian International Crisis Group yang secara intensif mengikuti konflik Poso selama bertahun-tahun.
Laporan oleh Hayat Mansur
Masalah Poso memang rumit. Pada Rabu malam (24/1), saya menonton tiga tayangan wawancara yang membahas kasus Poso di televisi, bahkan salah satu sumbernya adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Terus terang, saya baru mendapat kejelasan kasus Poso saat menyaksikan Wimar's World di Jak-TV yang juga membahas topik Poso. Di sini terlihat sekali kronologi insiden Poso dalam kaitan antara peristiwa yang lalu dan sekarang. Cobalah lihat tayangan ulang (Senin 15.00) dialog yang sangat hidup antara Wimar Witoelar dengan Anggota DPD asal Sulteng M. Ichsan Loulembah, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Sisno Adiwinoto, dan mantan Kepala BIN Abdullah Makhmud Hendropriyono. Disini kami sampaikan beberapa bagian dialog.
Konflik Dulu dan Kini
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan konflik Poso dulu merupakan konflik agama tapi sekarang teror. Apakah kejadian Poso yang lalu ada kaitannya dengan yang sekarang?
Ichsan: Seharusnya itu tidak berlanjut tapi ada pihak yang menginginkan ini berlanjut
Apakah itu orang dalam atau luar Poso?
Ichsan: Orang dalam yang punya hubungan dengan luar
Siapa pengacau di Poso dan dari kelompok mana?
Hendropriyono: Kasus Poso punya sejarah panjang. Bermula pada tahun antara 2000 – 2001 Poso kedatangan tamu tidak diundang dari luar negeri yaitu kelompok Umar Bandon, Abu Dahdah, dan Umar Farouq.
Apakah mereka itu semua orang luar negeri?
Hendropriyono: Betul. Mereka berangkat dari Madrid, Spanyol, masuk Indonesia lewat Bali dengan pemandu orang Indonesia Parlindungan Siregar. Kita tenggarai mereka melakukan pelatihan militer di Poso. Karena itu pada Agustus 2001 ketika saya sebagai Kepala BIN sudah memberi peringatan agar hati-hati tapi pada saat itu tidak diketahui posisi pastinya.
Jadi mereka bisa melakukan pelatihan militer tanpa diketahui?
Hendropriyono: Ya, walaupun saat itu ada berkas-berkasnya dan videonya
Mengapa dari video itu tidak bisa dilihat lokasinya?
Hendropriyono: memang terlihat ada banyak pohonnya tapi di sini pohon banyak sekali. Tapi orangnya jelas terlihat
Apakah mereka dideteksi melalui kerjasama internasional?
Hendropriyono: Iya. Setelah diburu, kita hanya mendapat satu orang yaitu Umar Farouk yang kemudian dideportasi. Sedangkan yang lainnya lari.
Itu sesudah atau sebelum kerusuhan besar di Poso?
Hendropriyono: Sebelum kerusuhan besar. Setelah mereka kabur, kondisi Poso menjadi seperti bara. Nah itu kemudian dikipasi oleh Jemaah Islamiyah sehingga kemudian menjadi konflik horizontal.
Bukan Sipil tapi Gerombolan
Adang (penelpon dari Rangkas Bitung) : Ada orang pemerintah juga yang terlibat karena yang punya senjata hanya pemerintah
Wimar: Iya, darimana mereka pada punya senjata?
Sisno: Kemungkinan itu dari penyelundupan lewat wilayah yang paling dekat yaitu Filipina.
Apakah penyelundupan itu dibantu kerjasama dengan pemerintah atau polisi?
Sisno: Kita justru mengusut penyelundupan senjata itu. Bisa juga senjata tersebut milik kita. Misalnya, mungkin dulu pernah dirampas, atau sisa Aceh, atau Papua. Tapi senjata-senjata yang disita itu akan ketahuan asalnya saat diperiksa nanti.
Jadi saat ini Anda yakin 100% tidak ada orang pemerintah terlibat?
Sisno: Saat ini tidak ada orang pemerintah terlibat
Kalau Pak Hendropriyono yakin. tidak ada orang pemerintah termasuk jenderal yang terlibat?
Hendropriyono: Hanya ada orang yang memanfaatkan untuk kepentingan politik. Tapi saya menyesalkan pemberitaan yang sering kali menyebutkan sipil bersenjata. Kalau sipil, ya tidak bersenjata. Yang bersenjata itu hanya militer dan polisi. Mereka dilindungi UU. Di luar itu adalah gerombolan. Mereka bisa menyengsarakan 250 juta rakyat Indonesia.
Gerombolan Harus Ditindak
Saat ini ada yang percaya dengan langkah polisi sekarang ini tapi ada juga yang meragukannya. Apakah langkah polisi ini nanti akan menjadi seperti mengorek ketombe, makin mengorek makin banyak?
Hendropriyono: Kalau keadaan normal kita bisa berpikir normatif. Tapi ini keadaan tidak normal akibat adanya gerombolan tadi sehingga sekarang harus pendekatan keamanan
Mengapa 14 orang yang masuk dalam gerombolan itu bisa berdampak pada 250 juta?
Hendropriyono: Mereka organisasi bawah tanah sehingga ada sayap militer dan sayap poltik. Mereka banyak pendukungnya secara politis.
Dimana pendukungnya?
Hendropriyono: Orang politik seperti anggota DPR dan orang partai
Bagaimana orang politik itu mendukung gerombolan?
Hendropriyono: Dengan menyalahkan langkah operasi yang diambil Polri saat ini
Jadi terhadap operasi polisi saat ini, orang harus setuju?
Hendropriyono: Orang harus setuju, karena jika tidak maka itu akan mengorbankan masyarakat Poso dan Indonesia.
Lalu apa yang harus dilakukan lagi sekarang ini menyelesaikan masalah Poso?
Hendropriyono: Harus dibongkar sampai ke akar-akarnya
Sisno: Antisipasi propaganda yang jahat
SUMBER: perspektif.net
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar