Upacara sesudah penguburan disebut Meloa (membesuk, berkunjung ke tempat penyimpanan tulang).
Maksud dan Tujuan Upacara. Upacara meloa diadakan dengan maksud untuk memberi doa kepada orang mati, agar selama dalam perjalanannya menuju ke dunia mati, dapat selamat dan rohnya diterima oleh Pueng Lamoa, di samping sebagai tanda pernyataan cinta kasih dari sanak keluarga/isteri/suami yang telah ditinggalkan.
Tujuan daripada upacara ini, adalah agar keluarga yang masih hidup dapat sadar atas keberadaannya bahwa setiap orang yang masih hidup itu akan mengalami kematian, ini berarti bahwa suatu peringatan bagi orang-orang yang masih hidup, agar mereka dapat melakukan lial-hal yang baik saja dan menghindari hal-hal yang bertentangan menurut adat dan kepercayaan yang telah dianut.
Penyelenggara Teknis Upacara. Adapun pelaksana teknis dalam upacara ini adalah keluarga Kabose yang tertua sebagai hasil penunjukan dari keluarga yang hendak mengikuti upacara ini. Pemimpin upacara ini disebut Mokole.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara. Karena upacara ini merupakan rangkaian upacara-upacara sebelumnya dan juga sebagai upacara terakhir bagi orang-orang mati yang dilakukan oleh pihak keluarga, maka seluruh keluarga, sanak keluarga, baik dari pihak keluarga isteri maupun pihak keluarga suami turut terlibat dalam upacara ini, sebagai tanda cinta kasih yang harus diberikan kepada si mati, di mana dalam pelaksanaan upacara ini masing-masing berperanan untuk terlaksananya upacara ini dengan baik.
Waktu Pelaksanaan Upacara. Upacara Meloa dilakukan pada sore hari sampai menjelang malam hari, karena menurut kepercayaan mereka waktu-waktu itulah yang paling baik, dan doa yang diberikan kepada orang mati dapat dikabulkan oleh Pueng Lamoa, sedang waktu untuk berkunjung ke kuburan dimulai sehari sesudah penguburannya sampai pada hari ke tiga.
Tempat Penlyelenggaraan Upacara. Upacara ini pada umumnya dilakukan di pekuburan yang telah ditentukan di mana orang mati dikuburkan. Sedang menurut kebiasaan yang dilakukan oleh suku bangsa Pamona seperti apa yang diuraikan pada bagian terdahulu bahwa mereka dikuburkan di dalam gua-gua atau pada tempat khusus yang ada di luar desa yang disebut Baruga.
Persiapan dan Perlengkapan Upacara. Persiapan dan perlengkapan-perlengkapan upacara antara lain:
Mempersiapkan semua perlengkapan-perlengkapan yang akan ikut dalam upacara ini yaitu berupa makanan lengkap dengan lauk pauknya serta minuman secukupnya, bahkan adakalanya diikut-sertakan binatang-binatang seperti: babi, ayam, domba dan kambing. Binatang ini adakalanya dipotong di tempat itu dan adakalanya binatang ini dipotong setelah tiba di rumah.
Mempersiapkan alat-alat makanan dan minuman untuk digunakan setelah kembali dari pekuburan, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Jalannya Upacara. Setelah persiapan dan perlengkapan sudah siap untuk dibawa, maka keluarga yang ikut serta dalam upacara ini juga telah mulai berdatangan dan setelah hadir semuanya, Ialu mereka berangkat menuju ke kuburan di mana mayat itu dimakamkan. Apabila mereka telah tiba di tempat itu, maka sebelum upacara ini dimulai, pemimpin upacara terlebih dahulu memberikan kata-kata penghormatan dalam bahasa suku mereka yang artinya demikian : "Kami datang bersama dengan seluruh keluarga, dan membawakan makanan dan minuman untukmu, agar kamu senantiasa selamat dalam perjalanan menuju suatu alam kehidupan baru .............."
Kemudian makanan dan minuman yang dibawa disimpan di atas kuburan, adakalanya binatang itu dipotong dan adakalanya disimpan di tempat itu saja, dengan maksud makanan dan minuman itu dapat dimakan dan diminum budak-budak yang turut menjaga kuburan itu sampai pada hari yang ke 40. Ini berarti sebagai tanda cinta kasih dan rasa belasungkawa kepada si mati.
Sesudah itu "Mokole" memimpin upacara yaitu menyanyi yang diikuti oleh seluruh keluarga yang hadir. Nyanyian ini dilagukan sambil menangis sebagai tanda terharu dan berduka cita atas kematian yang ada di dalam kuburan (di dalam gua). Menjelang senja (malam hari), seluruh keluarga dan peserta upacara kembali ke rumah, hal ini dilakukan sampai pada hari yang ke tiga. Pada hari ke tigal setelah tiba di rumah, maka dilakukanlah acara, "Gulung tikar," ini berarti upacara kunjungan telah selesai yang kemudian dilanjutkan pada hari ke empat dan ke lima acara makan bersama-sama bagi keluarga terutama keluarga yang bertempat tinggal di luar desa, di samping sebagai tanda perpisahan. Hari ke enam sampai hari ke tujuh dilanjutkan acara yang disebut "Membewe" yaitu acara pengeringan mayat, agar mayat yang telah disimpan tidak menjadi busuk, di samping untuk disimpan dan dipersiapkan pada upacara tahunan (Mogave).
Pantangan-pantangan yang haru dihindari selama berlangsungnya upacara ini antara lain:
Tidak diperkenankan bagi keluarga (isteri/suami) memakai pakaian yang berwarna lain, kecuali warna hitam, sedang bagi keluarga tidak terikat
Tidak diperkenankan bersuka ria atau bergembira seperti, melakukan tarian, menyanyi dan sebagainya, kecuali nyanyian yang telah ditentukan untuk dinyanyikan pada waktu terlaksananya upacara.
Tidak diperkenankan mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh atau kurang pantas, yang menurut adat ialah suatu pelanggaran
Tidak diperkenankan kawin bagi isteri atau suami yang ditinggalkan, kecuali setelah upacara tahunan selesai. Ini berarti si isteri / suami masih tetap dalam suasana berkabung atau berduka cita.
Tidak diperkenankan bagi anggota keluarga termasuk anak-anaknya yang ditinggalkan untuk berselisih atau bertengkar karena masalah pembagian harta warisan, karena dapat mengakibatkan tidak tenteram roh atau jiwa orang mati selama dalam perjalanannya. Ini berarti bahwa seluruh keluarga harus hidup tenteram dan bahagia serta berdaya usaha untuk menghindari segala perselisihan. Yang terpenting bagi seluruh keluarga harus mempertahankan nilai-nilai sakraInya upacara selama masa waktu berkabung/berduka cita.
Dengan demikian pelaksanaan Upacara Kematian Tradisional suku bangsa Pamona telah diuraikan menurut tahap-tahapnya, dan seluruh pelaksanaan upacara kematian ini telah selesai.
SUMBER: infokom-sulteng.go.id
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com/
Maksud dan Tujuan Upacara. Upacara meloa diadakan dengan maksud untuk memberi doa kepada orang mati, agar selama dalam perjalanannya menuju ke dunia mati, dapat selamat dan rohnya diterima oleh Pueng Lamoa, di samping sebagai tanda pernyataan cinta kasih dari sanak keluarga/isteri/suami yang telah ditinggalkan.
Tujuan daripada upacara ini, adalah agar keluarga yang masih hidup dapat sadar atas keberadaannya bahwa setiap orang yang masih hidup itu akan mengalami kematian, ini berarti bahwa suatu peringatan bagi orang-orang yang masih hidup, agar mereka dapat melakukan lial-hal yang baik saja dan menghindari hal-hal yang bertentangan menurut adat dan kepercayaan yang telah dianut.
Penyelenggara Teknis Upacara. Adapun pelaksana teknis dalam upacara ini adalah keluarga Kabose yang tertua sebagai hasil penunjukan dari keluarga yang hendak mengikuti upacara ini. Pemimpin upacara ini disebut Mokole.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara. Karena upacara ini merupakan rangkaian upacara-upacara sebelumnya dan juga sebagai upacara terakhir bagi orang-orang mati yang dilakukan oleh pihak keluarga, maka seluruh keluarga, sanak keluarga, baik dari pihak keluarga isteri maupun pihak keluarga suami turut terlibat dalam upacara ini, sebagai tanda cinta kasih yang harus diberikan kepada si mati, di mana dalam pelaksanaan upacara ini masing-masing berperanan untuk terlaksananya upacara ini dengan baik.
Waktu Pelaksanaan Upacara. Upacara Meloa dilakukan pada sore hari sampai menjelang malam hari, karena menurut kepercayaan mereka waktu-waktu itulah yang paling baik, dan doa yang diberikan kepada orang mati dapat dikabulkan oleh Pueng Lamoa, sedang waktu untuk berkunjung ke kuburan dimulai sehari sesudah penguburannya sampai pada hari ke tiga.
Tempat Penlyelenggaraan Upacara. Upacara ini pada umumnya dilakukan di pekuburan yang telah ditentukan di mana orang mati dikuburkan. Sedang menurut kebiasaan yang dilakukan oleh suku bangsa Pamona seperti apa yang diuraikan pada bagian terdahulu bahwa mereka dikuburkan di dalam gua-gua atau pada tempat khusus yang ada di luar desa yang disebut Baruga.
Persiapan dan Perlengkapan Upacara. Persiapan dan perlengkapan-perlengkapan upacara antara lain:
Mempersiapkan semua perlengkapan-perlengkapan yang akan ikut dalam upacara ini yaitu berupa makanan lengkap dengan lauk pauknya serta minuman secukupnya, bahkan adakalanya diikut-sertakan binatang-binatang seperti: babi, ayam, domba dan kambing. Binatang ini adakalanya dipotong di tempat itu dan adakalanya binatang ini dipotong setelah tiba di rumah.
Mempersiapkan alat-alat makanan dan minuman untuk digunakan setelah kembali dari pekuburan, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Jalannya Upacara. Setelah persiapan dan perlengkapan sudah siap untuk dibawa, maka keluarga yang ikut serta dalam upacara ini juga telah mulai berdatangan dan setelah hadir semuanya, Ialu mereka berangkat menuju ke kuburan di mana mayat itu dimakamkan. Apabila mereka telah tiba di tempat itu, maka sebelum upacara ini dimulai, pemimpin upacara terlebih dahulu memberikan kata-kata penghormatan dalam bahasa suku mereka yang artinya demikian : "Kami datang bersama dengan seluruh keluarga, dan membawakan makanan dan minuman untukmu, agar kamu senantiasa selamat dalam perjalanan menuju suatu alam kehidupan baru .............."
Kemudian makanan dan minuman yang dibawa disimpan di atas kuburan, adakalanya binatang itu dipotong dan adakalanya disimpan di tempat itu saja, dengan maksud makanan dan minuman itu dapat dimakan dan diminum budak-budak yang turut menjaga kuburan itu sampai pada hari yang ke 40. Ini berarti sebagai tanda cinta kasih dan rasa belasungkawa kepada si mati.
Sesudah itu "Mokole" memimpin upacara yaitu menyanyi yang diikuti oleh seluruh keluarga yang hadir. Nyanyian ini dilagukan sambil menangis sebagai tanda terharu dan berduka cita atas kematian yang ada di dalam kuburan (di dalam gua). Menjelang senja (malam hari), seluruh keluarga dan peserta upacara kembali ke rumah, hal ini dilakukan sampai pada hari yang ke tiga. Pada hari ke tigal setelah tiba di rumah, maka dilakukanlah acara, "Gulung tikar," ini berarti upacara kunjungan telah selesai yang kemudian dilanjutkan pada hari ke empat dan ke lima acara makan bersama-sama bagi keluarga terutama keluarga yang bertempat tinggal di luar desa, di samping sebagai tanda perpisahan. Hari ke enam sampai hari ke tujuh dilanjutkan acara yang disebut "Membewe" yaitu acara pengeringan mayat, agar mayat yang telah disimpan tidak menjadi busuk, di samping untuk disimpan dan dipersiapkan pada upacara tahunan (Mogave).
Pantangan-pantangan yang haru dihindari selama berlangsungnya upacara ini antara lain:
Tidak diperkenankan bagi keluarga (isteri/suami) memakai pakaian yang berwarna lain, kecuali warna hitam, sedang bagi keluarga tidak terikat
Tidak diperkenankan bersuka ria atau bergembira seperti, melakukan tarian, menyanyi dan sebagainya, kecuali nyanyian yang telah ditentukan untuk dinyanyikan pada waktu terlaksananya upacara.
Tidak diperkenankan mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh atau kurang pantas, yang menurut adat ialah suatu pelanggaran
Tidak diperkenankan kawin bagi isteri atau suami yang ditinggalkan, kecuali setelah upacara tahunan selesai. Ini berarti si isteri / suami masih tetap dalam suasana berkabung atau berduka cita.
Tidak diperkenankan bagi anggota keluarga termasuk anak-anaknya yang ditinggalkan untuk berselisih atau bertengkar karena masalah pembagian harta warisan, karena dapat mengakibatkan tidak tenteram roh atau jiwa orang mati selama dalam perjalanannya. Ini berarti bahwa seluruh keluarga harus hidup tenteram dan bahagia serta berdaya usaha untuk menghindari segala perselisihan. Yang terpenting bagi seluruh keluarga harus mempertahankan nilai-nilai sakraInya upacara selama masa waktu berkabung/berduka cita.
Dengan demikian pelaksanaan Upacara Kematian Tradisional suku bangsa Pamona telah diuraikan menurut tahap-tahapnya, dan seluruh pelaksanaan upacara kematian ini telah selesai.
SUMBER: infokom-sulteng.go.id
Dikliping Oleh Divisi Humas Forum Poso Bersatu
Email: posobersatu@gmail.com
Blog, Video, Lagu, dan Foto: http://posobersatu.multiply.com/
Artikelnya bermanfaat dan sangat menambah wawasan akan buda-budaya yang ada di Indonesia....